Cerpen Kupu-Kupu
BACA JUGA BAGAIMANA CARA MENDAPATKAN 400Juta dari internet, klik disini. GRATIS...Kok...!!
Oleh Rahmayanti Husna
Seringkali, tepatnya pada pagi hari. Saat lonceng sekolah berbunyi 7 kali, kupu-kupu itu selalu ada di sekolahku. Kupu-kupu itu berasal dari sebuah pohon beringin nan rimbun di tepi jalan raya. Tak jarang orang-orang berdecak kagum saat melihat sarangnya.
Saat ia terbang menuju sekolahku, orang-orang yang biasanya tidur-tiduran di jalanan pasti akan mendongakkan kepalanya sejenak untuk melihat dengan mata penuh pengharapan. Sembari meloncat-loncat guna menangkap serbuk yang dibawa kupu-kupu dari sarangnya untuk dibagikan saat ia terbang.
Setelah kupu-kupu puas membagi serbuk-serbuknya, tanpa letih ia menggerakkan cepat sayap merahnya yang berabstrakkan emas, hijau, putih, dan kuning. Kupu-kupu itu berniat terbang ke sekolahku.
Di sekolah, kupu-kupu selalu berusaha mengisap madu-madu yang telah dibuat dan dikumpulkan dengan susah payah oleh tawon-tawon di sekolahku. Entah mengapa tawon-tawon yang sarangnya terletak di pohon nangka nan jauh tinggi di sana selalu memuji kupu-kupu. Bahwa hanya kupu-kupu yang berusaha sekuat mungkin tanpa menghiraukan sayapnya yang pasti lelah untuk mencapai sarang tawon di atas pohon.
Teman-temanku pun memujinya karena orang tua kupu-kupu itu pun suka membagikan serbuk-serbuk kupunya dalam jumlah banyak untuk sekolahku. Tepatnya untuk pembangunan sekolahku. Entah bagaimana serbuk kupunya itu berpengaruh. Tapi yang pasti, pembangunan di sekolahku cukup lancar karena katanya adanya serbuk kupu.
Saat bel istirahat berbunyi, kupu-kupu itu selalu terbang ke mana-mana, tapi masih dalam lingkungan sekolahku. Teman-temanku tak bosan memujinya. Bahkan bunga-bunga, dari yang layu hingga yang sangat indah, seolah memekarkan mahkotanya sembari berseri-seri, menanti kupu-kupu itu lewat dan berharap untuk hinggap atau mungkin hanya melihat mereka.
Hingga akhirnya kupu-kupu itu terbang di atas bunga-bunga itu secara bergantian. Raut muka bunga-bunga itu menggambarkan perasaan berdebar-debar campur senang. Walaupun kupu-kupu itu hanya melihat mereka.
Sebenarnya aku tak seberapa menghiraukan adanya kupu-kupu itu. Sampai akhirnya kemarin siang, hari yang mengejutkan menurutku. Waktu itu aku berjalan-jalan di lorong sekolah dengan teman-temanku. Aku terus berjalan sambil bercerita dan bercanda.
Tiba-tiba ekor mataku menangkap adanya kupu-kupu itu terbang jauh ke atasku dalam jarak beberapa meter di depanku. Teman-temanku serempak berbisik-bisik kagum. Entah mengapa kupu-kupu yang biasanya terbang tinggi itu terbang rendah di hadapanku. Lalu, dengan gemulainya kupu-kupu itu menggerakkan sayapnya untuk terbang mengelilingiku.
Beberapa saat kemudian, baru kusadari teman-teman di sekitarku memandangiku dengan pandangan curiga campur iri. Bunga-bunga yang tadinya terlihat senang sambil membuka mahkotanya dengan serempak menutup cepat. Itu mungkin menggambarkan kecemburuan dan keiriannya padaku. "Hei, bagaimana mungkin kalian iri dan cemburu padaku padahal kupu-kupu itu hanya terbang sambil berputar mengelilingiku," kataku pada mereka.
Tapi percuma. Yang kudengar hanyalah desisan angin menderu-deru, yang akhirnya kutahu berasal dari bunga-bunga. Mereka tak menyadari bahwa perasaanku seperti teriris-iris saat itu.
Hari berikutnya, kupu-kupu itu mulai hinggap di daun pintu kelasku. Dengan kepakan sayapnya yang indah, teman-temanku yang semula sibuk mengerjakan PR berlari menuju pintu untuk melihat kupu-kupu itu.
Aku yang pemalu tak mungkin melakukan hal yang sama dengan teman-temanku tadi. Kupu-kupu itu sudah menjadi bahan pembicaraan rutin di sekolahku. Bahwa kupu-kupu itu berwarna menarik, punya kepakan sayap yang indah, dan lain-lain.
Saat itu, aku tahu kupu-kupu itu sedang memperhatikanku. Kupu-kupu itu menunjukkan kepakan sayapnya tepat ke tempatku. Mungkin karena aku juga selalu melihatnya, kupu-kupu itu semakin sering hinggap di daun pintu kelasku sambil mengepakkan sayapnya yang diperlihatkan padaku.
Hari berikutnya, kupu-kupu itu lebih berani dan sering masuk ke dalam kelasku, berputar-putar ke sekeliling kelasku dahulu lalu berhenti hinggap di depan mejaku. Juga terkadang di bangku sebelahku. Para bunga semakin iri melihatku.
Hingga sampai tadi pagi, kupu-kupu itu terbang seperti biasa ke kelasku. Tetapi kupu-kupu itu mengubah tempat berlabuhnya. Tidak lagi di depan atau di sampingku, tapi di tanganku yang saat itu sedang memegang pensil. Dengan lihainya ia menggerakkan tanganku. Hingga di kertasku tercetus huruf-huruf berkesinambungan nan indah dan membentuk kalimat:
Selamat tinggal sahabat dekatku. Hingga detik ini tak pernah terpikirkan di benakku bahwa mulai saat ini aku tak akan bisa bersamamu atau mungkin kita tak dapat bertemu lagi. Tapi kau tetaplah pujaanku yang akan selalu di hatiku. Walau kutahu hatiku pasti terasa pilu saat jauh darimu dan akan selalu teringat saat-saat menyenangkan denganmu, itu akan menjadi kenangan indah dan tak dapat kulupakan. Apakah semua itu akan terulang kembali? Entahlah. Tapi saat ini aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal. Selamat tinggal dan berjanjilah kau tak akan pernah melupakanku.
Saat itu aku hanya diam sambil terus memandangi kata-kata itu tanpa menyadari bahwa kupu-kupu itu telah pergi. Aku pasti tak akan pernah melupakannya. Ia adalah sahabatku yang baik dan cakap. Aku baru mengerti bahwa hingga saat ini aku sangat menyukainya.
Esok harinya aku mendengar bunga-bunga berbisik, teman-teman pun saling berbicara tentang kupu-kupu itu. Aku tak mempedulikan hingga kudengar kata-kata yang sangat menusukku.
"Ia pergi karena orang tuanya. Orang tuanya tak setuju ia dekat dengan seorang cewek di sekolah ini. Hingga ia dipaksa oleh orang tuanya untuk pindah ke tempat tinggal yang lebih nyaman, yaitu ke negeri dongeng nan jauh di sana. Jauh dari sini, sangat jauh…"
Sabtu, 04 Juli 2009
Cerpen ;Kupu-Kupu
04.20
Diposting oleh
Unknown
Label: Cerpen, Cerpen Eksperimen Orang-orang Kidal, Cerpen Ibu dimanakah engkau, cerpen kupu-kupu
Label: Cerpen, Cerpen Eksperimen Orang-orang Kidal, Cerpen Ibu dimanakah engkau, cerpen kupu-kupu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar