Gasa Foredi Gasa

Sabtu, 04 Juli 2009

Cerpen


Cerpen atau cerita pendek merupakan cerita singkat yang sekali baca habis. Artinya, dalam satu cerita, cerpen dapat kita serap makna yang tersirat di dalamnya.
BACA JUGA BAGAIMANA CARA MENDAPATKAN 400Juta dari internet, klik disini. GRATIS...Kok...!!
Berikut ini, Sebuah cerpen yang semoga aja mampu mengubah pola pikir kita. Amiiin....

Masa Depan Indonesia Minus Jawa


Saya mengobrol dengan dua orang yang cemas. Pertama pengurus negara, yang kedua pengamat keadaan. Posisi saya adalah keranjang sampah, karena pengetahuan saya sendiri nul-puthul tentang perpolitikan negara. Pertama si pengurus negara mengeluh tentang kemungkinan akan ramainya perpolitikan Indonesia pada Juli-Agustus lusa ini.

"Kok begitu", tanya saya. "Biasa. Orang belum puas untuk berebut kekuasaan", si pengamat menjawab. "Siapa saja sih orang itu?", saya mengejar. "Hamzah terus sibuk menyanyikan lagu-lagunya sendiri, tidak dalam satu komposisi dan aransemen dengan Presidennya. Mereka bukan dua pemimpin yang berpartner untuk mengabdi kepada kepentingan rakyat. Mereka berlomba dengan pentasnya masing-masing, dengan kapasitasnya, pembiayaannya, akses-aksesnya, serta rahasianya masing-masing"

"Wah, serem ya", kata saya, "terus apa hanya dua itu yang perang dingin?" "Semua tokoh sebenarnya sedang merintis dan membangun rencana-rencana kekuasannya. Gus Dur pantang mundur, meskipun sudah ditinggalkan oleh sangat banyak anak-anak buah yang dulu mendukungnya.

Amin Rais mungkin bisa saja memandang NU yang sedang dirundung duka oleh pengalaman politik Gus Dur sebagai calon partner yang bargaining powernya bisa dia mainkan. Kita jangan kaget kalau nanti menjumpai tandem Amin Rais - Hasyim Muzadi, misalnya."

"O ya?", saya kaget, "Pak Hasyim itu pemimpin yang sudah digodog oleh dilemma-dilemma NU di jaman Gus Dur berkuasa. Sekarang Anda tahu beliau dimarahi Gus Dur dan dianggap menentang. Tapi itu membuat beliau semakin matang. Bagaimanapun citra NU harus direhabilitir, dan tokoh macam Pak Hasyim potensial untuk itu".

"Tapi alhamdulillah deh", saya menyahut, "Itu artinya rakyat Indonesia tidak pernah kehabisan pemimpin. Keadaan kita ini masih kacau balau, tetapi kita jadi optimis karena toh banyak calon pemimpin yang siap menolong kita semua. Omong-omong kalau Pak Bambang Susilo Yudoyono bagaimana? Termasuk yang akan bertanding nggak?"
"Beliau itu orang pandai sih, jadi sudah menclok di pemahaman banyak orang, Artinya susah mendapat dukungan yang luas.

Di kalangan TNI sendiri kalau tidak salah berkembang pendapat bahwa SBY itu bukan leader, beliau cocok menjadi pelaksana kantor, tapi bukan kapasitas beliau untuk memegang otoritas puncak atau mengambil keputusan-keputusan besar". "O begitu tho?", saya semakin terkagum-kagum.

"Ya, tetapi sesungguhnya kita sedang menunggu hadirnya pemimpin yang sungguh-sungguh nasionalistik dan membuktikan nasionalismenya dalam berbagai tindakan politik, eksistensi kenegaraan, perekonomian dan kebudayaan. Kita ini tidur terus kesadarannya, bertengkar antar golongan tak habis-habis. Padahal negara kita ini masa depannya akan dijadikan hanya 8 propinsi besar.

Bagi kekuatan internasional yang ingin memeliharan hegemoninya atas Indonesia, yang mereka anggap penting hanya Irian Jaya,Sulawesi, Kalimantan dan Sumatra. Pulau Jawa tidak usah dipotensialisasikan ke masa depan. Toh Jawa sudah tinggal kerak, dan mayoritas penduduk Islam kan di Pulau Jawa ini.

Jadi kalau bisa di masa dating Jawa biar hancur saja, sehingga substansi keindonesiaan seperti yang sekarang menjadi hancur. Kalau Jawa dan mayoritas penduduk Islam sudah dibikin invalid, maka kelak akan ada Indonesia Baru yang kondusif dengan scenario adikuasa." Saya tidak ingat terusnya kata-kata beliau, karena ternyata tak sengaja saya tertidur.


Subscribe

Related Posts by Categories



0 komentar:

Posting Komentar

Followers

 

Kumpulan Cerpen, Cerita Motivasi. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com